Monday, October 3, 2011

Cinta (III)


Kemarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat
dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ
tentang misteri dan kesucian cinta.

Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata,
"Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah,
aku mewarisinya dari Manusia Pertama."

Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri.
Dengan suara bagai menyanyi dia berkata,
"Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku,
yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu
dan generasi yang akan datang."

Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri
dan sambil mendesah, dia berkata,"
"Cinta adalah racun pembunuh,
ular hitam berbisa yang menderita di neraka,
terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit
sampai ia jatuh tertutup embun,
ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus.
Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat,
diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya."

Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri
dan dengan tersenyum dia berkata,
"Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin
sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat,
membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari
dan senandung pujian di depan matahari di siang hari."

Setelah itu seorang lelaki menghampiri.
Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata,
"Cinta adalah ketidakpedulian yang buta.
la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda."

Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata,
"Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita.
Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya."

Seorang bermata buta menghampiri,
sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah
dan dia kemudian berkata sambil menangis,
"Cinta adalah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya
atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana
diantara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri
yang bergema di lembah-lembah."

Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
"Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan
yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya.
Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan
melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat
dari kesedaran dan kesedaran."

Seorang lelaki dengan badan bongkok
dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain menghampiri.
Dengan suara bergetar, dia berkata,
"Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam,
kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian."

Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri
dan sambil tertawa dia berkata,
"Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku.
Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta.
"Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.

Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta.
Semua menyatakan harapan-harapannya
dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya.

(Kahlil Gibran)

0 comments:

Post a Comment

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.